Menahan Ego Untuk Kisah yang Jujur - Review Film "An Unfinished Life"
Membuat film sederhana kadang justru tidak mudah. Bagaimana kita menahan emosi untuk menuturkan suatu kisah dengan jujur tanpa blow up dramatisir dan sebagainya, menjadi probelma klasik dalam penyusunan naskah film. Coba kita tengok, film ala sinetron yang penuh dengan adegan over-dramatisir sekaligus over-akting. Atau dari kebiasaan sehari-hari ketika kita bercerita kejadian biasa saja, tetapi kita bombardir dengan kejadian tambahan untuk menambah menarik cerita tersebut.

Masalah itu muncul dalam penuturan tentang kisah keluarga Gilkyson dalam film An Unfinished Life. Einar Gilkyson (Robert Redford) yang terbiasa dengan kesendiriannya mengurus eks-tanah ranch-nya serta merawat eks-pekerjanya yang terluka (Morgan Freeman) dipaksa menerima kembali menantu yang kurang disukainya, Jean (Jennifer Lopez). Tetapi kehadiran cucu semata wayang-nya, Griff Gilkyson (Becca Gardner), cukup membawa pelita hidup kembali dari Einar yang masih meratapi kepergian anak tunggalnya, bernama sama dengan sang cucu.
Sesimpel itu jalan cerita yang dirangkai oleh penulis skenario (Mark Spragg dan Virginia Spragg) untuk menjadikan sebuah film. Tanpa bumbu-bumbu dramatis, kecuali sedikit peran eks-kekasih Jean (Damian Lewis) yang membawa alur cerita. Bagi sebagian orang, film seperti ini akan menjadi boring, tetapi jika kita kaji dalam ranah unsur ekstrinsik dan intrinsik, maka film ini adalah film yang berjalan pada relnya. Kemauan sutradara (Lasse Hallstorm) untuk menggambarkan keindahan alam Wyoming juga cukup digambarkan melalui pemandangan panorama yang indah, serta kehadiran unsur liar dalam diri beruang dan rakun. Semuanya merangkai film dalam bentuk bingkai yang bagus tanpa harus berlebihan. Mengingatkan gw sama film yang disutradarai Redford, A River Runs Through It. Sebuah film sederhana, yang dengan kesederhanaannya membawa kita menyelami emosi karakter-karakternya. Suatu kredit bagus untuk aktor dan aktrisnya, terutama si kecil Becca Gardner yang sangat sederhana dan natural.
Coba film ini untuk membuktikan apakah Anda suka film atau hanya suka hype di sekitar pembuatan film!

Masalah itu muncul dalam penuturan tentang kisah keluarga Gilkyson dalam film An Unfinished Life. Einar Gilkyson (Robert Redford) yang terbiasa dengan kesendiriannya mengurus eks-tanah ranch-nya serta merawat eks-pekerjanya yang terluka (Morgan Freeman) dipaksa menerima kembali menantu yang kurang disukainya, Jean (Jennifer Lopez). Tetapi kehadiran cucu semata wayang-nya, Griff Gilkyson (Becca Gardner), cukup membawa pelita hidup kembali dari Einar yang masih meratapi kepergian anak tunggalnya, bernama sama dengan sang cucu.
Sesimpel itu jalan cerita yang dirangkai oleh penulis skenario (Mark Spragg dan Virginia Spragg) untuk menjadikan sebuah film. Tanpa bumbu-bumbu dramatis, kecuali sedikit peran eks-kekasih Jean (Damian Lewis) yang membawa alur cerita. Bagi sebagian orang, film seperti ini akan menjadi boring, tetapi jika kita kaji dalam ranah unsur ekstrinsik dan intrinsik, maka film ini adalah film yang berjalan pada relnya. Kemauan sutradara (Lasse Hallstorm) untuk menggambarkan keindahan alam Wyoming juga cukup digambarkan melalui pemandangan panorama yang indah, serta kehadiran unsur liar dalam diri beruang dan rakun. Semuanya merangkai film dalam bentuk bingkai yang bagus tanpa harus berlebihan. Mengingatkan gw sama film yang disutradarai Redford, A River Runs Through It. Sebuah film sederhana, yang dengan kesederhanaannya membawa kita menyelami emosi karakter-karakternya. Suatu kredit bagus untuk aktor dan aktrisnya, terutama si kecil Becca Gardner yang sangat sederhana dan natural.
Coba film ini untuk membuktikan apakah Anda suka film atau hanya suka hype di sekitar pembuatan film!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home