Movie Marathon 4 - 14 Februari 2006
Dalam rangka ulang tahun dan juga menyambut valentine, gw menghabiskan banyak waktu menonton film. Entah itu menonton film khusus di bioskop, atau juga menikmati gratisan di televisi yang kebetulan banyak mengumbar film-film romnatis menyambut Valentine's Day.
Crash - 4 Februari 2006
Ini adalah serian pertama dari marathon film. Film ini adalah film multi-kasting dan multi-karakter, masing-masing membawa kompleksitas ceritanya sendiri-sendiri. Ada seorang officer polisi yang rasial, tukang kunci latino yang sayang terhadap anaknya, duet perampok negro yang prejudis, bapak keturunan Iran yang parno, dan lain sebagainya. Pada intinya, film ini dirangkai dengan sebuha perkataan dari karakter yang diperankan Don Cheadle di awal film, bahwa manusia membutuhkan "sentuhan-sentuhan" untuk mengingatkan atas jatidirinya. Masalahnya manusia saat ini lebih sering berada di balik selubung metal dan kaca sehingga menjadi tidak sensitif terhadap satu sama lainnya. Dan alur cerita pun bergulir.
Secara serempak, kita disuguhi oleh gambar permasalahan-permasalahan rasisme sehari-hari yang mungkin kita praktekkan juga. Banyak kejadian yang diteropong dari banyak sudut pandang, yang pada akhirnya dirangkaikan dalam satu pertautan adegan seperti di film Love Actually. Karakter-karakter yang bermain dalam film ini bermain brilian dan memiliki poin tersendiri. Don Cheadle, Matt Dillon, Chris 'Lucacris" Bridges dan Ryan Phillipe mampu bermain secara optimal menghidupi film ini. Crash adalah satu film terbaik di tahun 2005 lalu, dan menyabet 6 nominasi Academy Award. Film ini layak ditonton siapapun yang tengah krisis dengan persoalan humanisme, seperti bangsa Indonesia dan manusia di dunia.
8/10 - sedikit lagi perbaikan menghilangkan scene yang standar, bisa jadi film sempurna!
Aeon Flux - 11 Februari 2006
Dibintangi Charlize Theron, sebagai jagoan seksi Aeon Flux. Kisah yang diadopsi dari serial kartun MTV, dan disutradarai oleh Karyn Kusama. Bercerita tentang Aeon yang menghadapi misi untuk membunuh Trevor Goodchild di tengah rentetan peristiwa yang mengancam satu-satunya kota steril di masa depan. Misi yang cenderung mudah tapi dipersulit oleh kenyataan-kenyataan masa lalu Aeon dan Trevor Goodchild, serta misteri dibalik menghilangnya penduduk kota, termasuk Una Flux adik adri Aeon.
Tidak ada yang luar biasa dari film ini. Hanya film klise tentang jagoan di masa depan (ingat film Equilibrium?) yang mencoba membongkar misteri dibalik satu-satunya kota sempurna (ingat film The Island?). Pertanyaan tentang keadaan yang terlalu sempurna dan upaya resistensi dari satu golongan di bawah tanah yang tidak silau oleh kondisi "madani" tersebut (ingat The Matrix?). Kecuali kostum, dan juga penampilan "menyegarkan" dari Charlize Theron sendiri, tidak banyak memori yang bisa diambil dari film ini. Bahkan sebelum film selesai, banyak adegan yang langsung hilang dari memori kita.
4/10 - tiga poin disumbangkan oleh keterpanaan saya terhadap miss Theron!
Realita, Cinta dan Rock N Roll - 11 Februari 2006
Mungkin permasalahan utama dari penulis skenario di Indonesia adalah kekurangan referensi, sehingga mereka selalu saja menulis tentang hal-hal yang klise tanpa dilandasi oleh semangat meneliti yang tinggi. Konsepsi Rock N Roll di sini diterjemahkan secara awam sekali, sebagai kebebasan yang liar, hippies ala 70an, dan gengsi tinggi sebagai seorang cowok. Absurd sekali menlihat frame demi frame dari film karya Upi (sutradara 30 hari mencari cinta) yang mencoba menerjemahkan hal itu dalam bentuk karya visual. Belum lagi sejumlah visualisasi klise yang sangat membosankan, karena hampir sepanjang sejarah film Indonesia selalu saja memunculkan hal seperti itu-itu saja. Coba simak, berapa puluh persen film yang menghadirkan bencong dengan logat sedemikian, menarik casting yang sebetulnya kurang kapabel tapi namanya diperlukan, lomba yang sudah pasti memihak underdog protagonis, dan juga "engkau-bukan-anakku" syndrom. Satu-satunya hal yang menarik perhatian saya adalah akting dari Herjunot Ali (salah satu pendatang baru di blantika film) yang mampu bermain dengan sangat wajar dan scene-stealers dengan dialog-dialognya yang sangat hidup. Melihat Nugi, karakter yang diperankan Junot di situ kita akan blur dengan kenyataan sebenarnya. Seolah disitu Junot bermain sebagai dirinya sendiri. Satu poin yang sangat membantu, anyway.
Film ini bercerita tentang dua sahabat yang diperankan Vino Bastian dan Herjunot Ali. Mereka terobsesi menjadi rockstar lengkap dengan fashion cuek-nya yang dianggap oleh penulis skenario sebagai rock n roll attitude. Dikisahkan dalam film, mereka berdua masih SMA! Di tengah-tengah mereka hadir seorang perempuan penggoda yang diperankan oleh Nadine Chandrawinata, sang Miss Indonesia 2005. Masing-masing karakter membawa beban hidup mereka sendiri-sendiri, yaitu dari keluarga. Ipang (Vino) mencoba lari dari permasalahan realita yang diketahui tentang statusnya dalam keluarga. Nugi (Junot) mencoba menghadapi realita bahwa ayahnya adalah seorang transeksual. Dari situ mereka memakai falsafah rock n' roll dan cinta untuk bertahan.
5/10 - 4 di antaranya untuk buah akting Junot!
Sweet November - 12 Februari 2006
Film lawas yang kebetulan ditayangkan oleh TV 7. Kisah romansa ala Hollywood tentang Sara (Charlize Theron) dan Nelson (Keanu Reeves). Nelson adalah seorang metro-sex, pria karir yang egoistis ala manusia-manusia urban. Kehidupan yang bak sempurna itu coba diubah oleh Sara, seorang gadis "liar" yang hidup di dunianya sendiri. Pertemuan yang berawal dari hal yang remeh temeh, kemudian berkembang menjadi big deal. Salah satu merasa worthless, tapi di saat kritis sadar akan pentingnya kebersamaan bersama pasangannya. You name it! Ceritanya memang demikian adanya. Sangat standar sebagai film percintaan gaya Hollywood. Bisa saja, secara aktual, diambil pesan-pesan moralnya. Tapi bukankah semua film romansa Amerika demikian adanya?
5/10 - so so...
Serendipity - 14 Februari 2006
Jika Sweet November termasuk film yang so-so karena sedemikian standar, lain halnya dengan Serendipity. Meski masih klise dengan jalinan ceritanya, tetapi hampir dipastikan menonton film ini untuk pertama kalinya pasti membangun suatu rasa penasaran untuk mengikuti jalan cerita sampai akhir. Hadirnya tokoh-tokoh di sekitar karakter Jon (John Cussack) dan Sara (Kate Beckinsale) bukan meyakinkan kita bahwa kisah mereka akan berjalan lancar, tetapi memberikan percikan-percikan cerita yang menarik. Dikisahkan Jonathan bertemu dengan Sara dalam suatu kejadian yang bisa dibilang kebetulan belaka. Karena masing-masing mempunyai komitmen dengan pasangan masing-masing, keduanya hanya bisa berharap bahwa takdirlah yang akan menyatukan mereka kembali jika memang berjodoh. Jon menuliskan nomer kontaknya di selembar uang, dan Sara menuliskan miliknya di halaman sebuah buku. Kemudian kedua barang itu segera beredar, dan hampir mustahil untuk menemukannya kembali.
7/10 - selain cerita yang unik, film ini juga hadir dengan scoring musik bagus...
Crash - 4 Februari 2006
Ini adalah serian pertama dari marathon film. Film ini adalah film multi-kasting dan multi-karakter, masing-masing membawa kompleksitas ceritanya sendiri-sendiri. Ada seorang officer polisi yang rasial, tukang kunci latino yang sayang terhadap anaknya, duet perampok negro yang prejudis, bapak keturunan Iran yang parno, dan lain sebagainya. Pada intinya, film ini dirangkai dengan sebuha perkataan dari karakter yang diperankan Don Cheadle di awal film, bahwa manusia membutuhkan "sentuhan-sentuhan" untuk mengingatkan atas jatidirinya. Masalahnya manusia saat ini lebih sering berada di balik selubung metal dan kaca sehingga menjadi tidak sensitif terhadap satu sama lainnya. Dan alur cerita pun bergulir.
Secara serempak, kita disuguhi oleh gambar permasalahan-permasalahan rasisme sehari-hari yang mungkin kita praktekkan juga. Banyak kejadian yang diteropong dari banyak sudut pandang, yang pada akhirnya dirangkaikan dalam satu pertautan adegan seperti di film Love Actually. Karakter-karakter yang bermain dalam film ini bermain brilian dan memiliki poin tersendiri. Don Cheadle, Matt Dillon, Chris 'Lucacris" Bridges dan Ryan Phillipe mampu bermain secara optimal menghidupi film ini. Crash adalah satu film terbaik di tahun 2005 lalu, dan menyabet 6 nominasi Academy Award. Film ini layak ditonton siapapun yang tengah krisis dengan persoalan humanisme, seperti bangsa Indonesia dan manusia di dunia.
8/10 - sedikit lagi perbaikan menghilangkan scene yang standar, bisa jadi film sempurna!
Aeon Flux - 11 Februari 2006
Dibintangi Charlize Theron, sebagai jagoan seksi Aeon Flux. Kisah yang diadopsi dari serial kartun MTV, dan disutradarai oleh Karyn Kusama. Bercerita tentang Aeon yang menghadapi misi untuk membunuh Trevor Goodchild di tengah rentetan peristiwa yang mengancam satu-satunya kota steril di masa depan. Misi yang cenderung mudah tapi dipersulit oleh kenyataan-kenyataan masa lalu Aeon dan Trevor Goodchild, serta misteri dibalik menghilangnya penduduk kota, termasuk Una Flux adik adri Aeon.
Tidak ada yang luar biasa dari film ini. Hanya film klise tentang jagoan di masa depan (ingat film Equilibrium?) yang mencoba membongkar misteri dibalik satu-satunya kota sempurna (ingat film The Island?). Pertanyaan tentang keadaan yang terlalu sempurna dan upaya resistensi dari satu golongan di bawah tanah yang tidak silau oleh kondisi "madani" tersebut (ingat The Matrix?). Kecuali kostum, dan juga penampilan "menyegarkan" dari Charlize Theron sendiri, tidak banyak memori yang bisa diambil dari film ini. Bahkan sebelum film selesai, banyak adegan yang langsung hilang dari memori kita.
4/10 - tiga poin disumbangkan oleh keterpanaan saya terhadap miss Theron!
Realita, Cinta dan Rock N Roll - 11 Februari 2006
Mungkin permasalahan utama dari penulis skenario di Indonesia adalah kekurangan referensi, sehingga mereka selalu saja menulis tentang hal-hal yang klise tanpa dilandasi oleh semangat meneliti yang tinggi. Konsepsi Rock N Roll di sini diterjemahkan secara awam sekali, sebagai kebebasan yang liar, hippies ala 70an, dan gengsi tinggi sebagai seorang cowok. Absurd sekali menlihat frame demi frame dari film karya Upi (sutradara 30 hari mencari cinta) yang mencoba menerjemahkan hal itu dalam bentuk karya visual. Belum lagi sejumlah visualisasi klise yang sangat membosankan, karena hampir sepanjang sejarah film Indonesia selalu saja memunculkan hal seperti itu-itu saja. Coba simak, berapa puluh persen film yang menghadirkan bencong dengan logat sedemikian, menarik casting yang sebetulnya kurang kapabel tapi namanya diperlukan, lomba yang sudah pasti memihak underdog protagonis, dan juga "engkau-bukan-anakku" syndrom. Satu-satunya hal yang menarik perhatian saya adalah akting dari Herjunot Ali (salah satu pendatang baru di blantika film) yang mampu bermain dengan sangat wajar dan scene-stealers dengan dialog-dialognya yang sangat hidup. Melihat Nugi, karakter yang diperankan Junot di situ kita akan blur dengan kenyataan sebenarnya. Seolah disitu Junot bermain sebagai dirinya sendiri. Satu poin yang sangat membantu, anyway.
Film ini bercerita tentang dua sahabat yang diperankan Vino Bastian dan Herjunot Ali. Mereka terobsesi menjadi rockstar lengkap dengan fashion cuek-nya yang dianggap oleh penulis skenario sebagai rock n roll attitude. Dikisahkan dalam film, mereka berdua masih SMA! Di tengah-tengah mereka hadir seorang perempuan penggoda yang diperankan oleh Nadine Chandrawinata, sang Miss Indonesia 2005. Masing-masing karakter membawa beban hidup mereka sendiri-sendiri, yaitu dari keluarga. Ipang (Vino) mencoba lari dari permasalahan realita yang diketahui tentang statusnya dalam keluarga. Nugi (Junot) mencoba menghadapi realita bahwa ayahnya adalah seorang transeksual. Dari situ mereka memakai falsafah rock n' roll dan cinta untuk bertahan.
5/10 - 4 di antaranya untuk buah akting Junot!
Sweet November - 12 Februari 2006
Film lawas yang kebetulan ditayangkan oleh TV 7. Kisah romansa ala Hollywood tentang Sara (Charlize Theron) dan Nelson (Keanu Reeves). Nelson adalah seorang metro-sex, pria karir yang egoistis ala manusia-manusia urban. Kehidupan yang bak sempurna itu coba diubah oleh Sara, seorang gadis "liar" yang hidup di dunianya sendiri. Pertemuan yang berawal dari hal yang remeh temeh, kemudian berkembang menjadi big deal. Salah satu merasa worthless, tapi di saat kritis sadar akan pentingnya kebersamaan bersama pasangannya. You name it! Ceritanya memang demikian adanya. Sangat standar sebagai film percintaan gaya Hollywood. Bisa saja, secara aktual, diambil pesan-pesan moralnya. Tapi bukankah semua film romansa Amerika demikian adanya?
5/10 - so so...
Serendipity - 14 Februari 2006
Jika Sweet November termasuk film yang so-so karena sedemikian standar, lain halnya dengan Serendipity. Meski masih klise dengan jalinan ceritanya, tetapi hampir dipastikan menonton film ini untuk pertama kalinya pasti membangun suatu rasa penasaran untuk mengikuti jalan cerita sampai akhir. Hadirnya tokoh-tokoh di sekitar karakter Jon (John Cussack) dan Sara (Kate Beckinsale) bukan meyakinkan kita bahwa kisah mereka akan berjalan lancar, tetapi memberikan percikan-percikan cerita yang menarik. Dikisahkan Jonathan bertemu dengan Sara dalam suatu kejadian yang bisa dibilang kebetulan belaka. Karena masing-masing mempunyai komitmen dengan pasangan masing-masing, keduanya hanya bisa berharap bahwa takdirlah yang akan menyatukan mereka kembali jika memang berjodoh. Jon menuliskan nomer kontaknya di selembar uang, dan Sara menuliskan miliknya di halaman sebuah buku. Kemudian kedua barang itu segera beredar, dan hampir mustahil untuk menemukannya kembali.
7/10 - selain cerita yang unik, film ini juga hadir dengan scoring musik bagus...
2 Comments:
Serendipity, While you were sleeping, Jerry McGuire, Deep Impact ... film-film ini yang selalu bisa membuat aku semriwing walaupun ditonton berkali-kali ....
Kok jarang yang comments ya ??
pengen nonton crash, dvdnya abis. akhir2 ini kualitas dvd jelek deh man, gw dah beli dvd yg (terhitung) lumayan baru kae matador, eeeeh ga bisa disetel di player (3 player berbeda, pdhl playernya mulai dr player branded sampe player china) atopun komputer. pdhl kaeknya lucu (yea.. 4 chapter pertama sepertinya lucu sih), tapi di KG bilangnya STD.
Pengen juga nonton lord of war. mainly krn tertarik ama posternya (apacoba)
Post a Comment
<< Home